TERNATR,Liputan-Malut.com– Terkait insiden penikaman dilakukan oknum Kontraktor terhadap salah satu Wartawan Kota Tidore Kepulauan yang terjadi di Dinas PUPR Tikep beberapa waktu lalu, mendapat kecaman keras dari pengacara muda Maluku Utara Amir Boko SH.
Rilis yang diterima redaksi Media ini. Pengacara dari Peradi Maluku Utara ini meminta kepada Polres Tikep serius dalam penangana kasus tersebut hingga mendapat kepastian Hukum tetap,” tegas Amir.
Menurut Amir, tindakan penganiayaan yang dilakukan pelaku MTS terhadap Wartawan Tikep Mardianto Musa, bertentangan dengan Hukum di republik ini sebagaimana dalam KUHP pasal 353 juga cukup jelas sanksi Hukumnya, bahkan dalam UU pers nomor 40 tahun 99 juga sangat jelas telah menghalangi tugas jurnalis,” jelas Amir.
Selain itu juga masuk dalam pelanggaran HAM diatur dalam Konstitusi Negara, yakni dalam UU nomor 39 tahun 1999 manusia dihormati dijunjung tinggi dan dilindungi bukan dengan kekerasan dan penyiksaan, olehnya itu diminta kepada lembaga perlindungan saksi dan korban. (LPSK) komisi perlindungan hak asasi manusia bekerja sama mengusut tuntas kasus tersebut.
Dilansir dari Media kabarpublik.id. Ketua Komunitas Wartawan Tidore (Kwatak) Mardianto Musa dianiaya oleh salah satu kontraktor yang diketahui berinisial MST
Aksi penganiayaan itu berlangsung di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tidore Kepulauan sekitar pukul 10:00 WIT pagi tadi, oknum kontraktor itu diketahui juga datang membawa istrinya. Selasa (19/07/2022).
Akibat dari penganiayaan tersebut Mardianto mengalami luka robek di bagian pipi dengan 7 jahitan serta jari lantaran kena sayatan pisau yang dibawa oleh kontraktor tersebut.
Tidak terima dengan perlakuan oknum kontraktor tersebut Mardianto kemudian membuat laporan polisi di SPKT Polres Tidore Kepulauan.
Mardianto mengatakan bahwa dirinya juga kaget tiba-tiba oknum kontraktor itu marah-marah serta menunjuk dirinya sehingga terjadi adu jotos.
“Saya juga kaget dia datang marah-marah, terus saya berdiri dia cabut pisau dari balik pinggang, dan saya coba membela diri,” teranya,” (Red)
