TERNATE,Liputan-Malut.com– Jaringan Komunitas Soccer Maluku Utara atau Joker Malut menggelar dialog publik Bacarita Pilwako bersama kandidat Wali kota Ternate periode 2020-2024 Yamin Tawari dengan tema “Arah Masa Depan Kota Ternate di Mata Kandidat.
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menghadapi pesta demokrasi 9 Desember mendatang, sekaligus memfasilitasi masyarakat yang terhimpun di beberapa lembaga yang diundang untuk mendapat gambaran tentang visi-misi peserta calon pemimpin Kota Ternate.
Dalam dialog yang berlangsung di Warkop Soccer kelurahan Stadion, Sabtu 10 Oktober ini, paslon nomor urut 4 ini mengapresiasi kegiatan Bacarita Pilwako menurutnya, kegiatan dialog publik seperti ini harus sering dilakukan. Itu karena merupakan proses perluasan wilayah-wilayah rasionalitas didalam masyarakat, terutama masyarakat kota Ternate. Sehingga bisa mengurangi pilihan-pilihan emosional dan pragmatisme.
“kalau banyak tempat seperti ini, tentunya masyarakat akan semakin cerdas, sehingga sebagai calon pemimpin kota Ternate mendatang saya ingatkan kepada semua warga khususnya komunitas Joker jangan pernah menyerah,”ungkap Yamin kepada sejumlah awak media seusai dialog.
Pada sesi tanya jawab, Yamin yang didampingi pengamat politik yakni Helmi Alhadar, disodorkan dengan sejumlah pertanyaan terkait kebersihan lingkungan, masalah sampah, sektor perikanan, ekonomi, pendidikan hingga soal pengesahan UU Omnibus Law yang baru saja disahkan pada 5 Oktober 2020.
Disentil terkait disahkannya UU Omnibus Law dan kemudian menimbulkan aksi oleh mahasiswa dan buruh hampir diseluruh Indonesia, bahkan kota Ternate. Yamin mengatakan itu merupakan cara mahasiswa yang ditempuh guna memperjuangkan hak rakyat, pasalnya ketika rakyat meminta pemerintah pusat untuk membatalkan UU tersebut, justru tidak didengar oleh pemerintah dalam hal ini Presiden dan DPR RI, sehingga dengan begitu terjadilah aksi oleh mahasiswa dan para buruh.
“saya juga dulu pernah menjadi mahasiswa dan saya juga dulu menganggap kalau kita tidak merusak, aspirasi kita tidak diperhatikan, kalau demo biasa-biasa saja itu sepertinya tidak mau didengar, sehingga mahasiswa justru melakukan hal demikian, kuncinya adalah belajarlah yang dikehendaki mahasiswa dan dijelaskan sungguh-sungguh tentang apa yang menjadi tujuan demonstran itu,”ungkap Yamin.
Dirinya menyebut sebaiknya ada dialog yang harus dilakukan, sehingga masalah yang ada bisa tuntas. Karena jika tidak tuntas maka akan timbul kecurigaan mahasiswa, dikatakan sebagai pemerintah harus belajar mendengar aspirasi atau apa yang jadi kehendak mahasiswa sehingga dengan begitu mereka akan merasa kalau mereka mau berdemo aspirasinya didengar, karena ketika tidak didengar maka mereka akan anarkis, dan itu sesuai pengalaman-pengalaman yang sudah ada sebelumnya,”pungkasnya.
Dialog yang berdurasi 3 jam ini berlangsung tertib dengan menerapkan protokol kesehatan,” (red)