TERNATE,Liputan-Malut.com- Sempat menjadi pertanyaan terkait identitas dua orang yang disebut nelayan ternyata mereka adalah Udin Rope warga Kelurahan Mangga Dua, Ternate dan AIPDA Sudarwin Hasrat alias Darwin yang merupakan anggota Polairud Polda Maluku Utara. identitas kedua orang terungkap setelah hari kelima pasca insiden ledakan speedboat RIB 04 milik Basarnas Ternate.
Awalnya, Basarnas Ternate mengaku, Udin dan Darwin adalah nelayan yang mencari ikan di Kayoa, Halmahera Selatan dan mengalami mati mesin di perairan Desa Gita, Tidore Kepulauan pada Minggu (2/2/2025) sekira pukul 19.30 WIT.
Namun, pernyataan itu ditepis oleh Sudarwin yang menyebut bahwa mereka bukan melaut sebagai nelayan melainkan sedang menjalankan tugas SAR, untuk membantu kapal penampung ikan miliknya yang hanyut di perairan Pulau Makian pada Jumat (31/1/2025) lalu.
Dalam misi penyelamatan Udin dan Sudarwin, Basarnas mengerahkan 11 personel yang terdiri dari anggota Basarnas, Polairud dan satu jurnalis Metro TV Sahril Helmi.
Setelah mendapat laporan melalui Corm Basarnas, malam itu juga tim langsung bertolak ke titik lokasi sekitar jam 9 malam. Tim SAR gabungan bertolak dari pelabuhan Ahmad Yani Ternate, dengan speedboat RIB 04.
Alasan Basarnas melakukan operasi pada malam hari lantaran sudah mengetahui titik lokasi dua orang tersebut. Sehingga, harus segera memberi pertolongan. Dengan begitu, Basarnas mengklaim operasi yang dilakukan sudah SOP.
Menurut Kasi Ops Basarnas Ternate, Syahran, saat itu cuaca baik-baik saja sehingga mereka melakukan pertolongan terhadap Udin dan Darwin. Naasnya, sekitar 10 menit lagi sampai di titik lokasi, speedboat RIB 04 meledak. Dalam peristiwa itu, tiga orang meninggal dunia, tujuh luka berat dan satu jurnalis Sahril Helmi belum ditemukan.
Sudarwin kepada awak media, Jumat (7/2/2025) menjelaskan kronologi awal kejadian bahwa saat itu dirinya bersama Udin bukan sedang melaut sebagai nelayan, melainkan menjalankan tugas SAR untuk membantu kapal penampung ikan miliknya yang hanyut di perairan Pulau Makian pada Jumat (31/1/2025) lalu.
“Saya berangkat dari Ternate ke Pulau Makian sekitar pukul 16.00 WIT dan tiba malam hari. Namun, kapal tidak bisa segera digunakan karena alatnya rusak. Jadi, kami menarik kapal ke Pulau Kayoa, tepatnya di Desa Bajo,” ujar Sudarwin dalam konferensi pers di kantor Ditpolairud Polda Maluku Utara, siang tadi.
Setelah kapal diperbaiki, mereka berangkat dari Kayoa menuju Ternate pada Minggu, 2 Febuari 2025 pukul 11.00 WIT. Namun, dalam perjalanan, mereka mendapat kabar bahwa ada kapal lain yang mengalami kerusakan di perairan Bacan dan membutuhkan mekanik.
“Kami berinisiatif menurunkan mekanik di Desa Gita agar bisa melanjutkan perjalanan ke Halmahera Selatan lewat darat, mengingat cuaca yang tidak mendukung,”tandas DarwinÂ
Sekitar pukul 16.00 WIT, kapal kembali bertolak dari Desa Gita menuju Ternate. Namun, dua jam kemudian, saat mendekati Pulau Moti, cuaca semakin memburuk dan mesin kapal tiba-tiba mati.
“Karena kondisi cuaca buruk, saya menghubungi SAR Polairud, yakni Briptu Ritno, tapi tidak ada respons. Lalu saya menghubungi Bripka Irwan, yang akhirnya bisa merespons. Tidak lama kemudian, Basarnas Ternate juga mengonfirmasi dan meminta lokasi kami,” kata Sudarwin
Irwan kembali menelepon sekitar pukul 23.00 WIT, dan meminta mereka memberi sinyal cahaya menggunakan senter.
“Kami memberikan kode cahaya dan sempat melihat cahaya dari kejauhan. Namun, lima menit kemudian, saya kehilangan kabar. Tiba-tiba, Irwan menelepon lagi dan mengatakan bahwa mereka tidak bisa menolong karena juga mengalami musibah. Tapi kami tidak mendengar adanya ledakan,” tambahnya.
Karena tidak ada bantuan, Sudarwin mendesak rekannya, Udin, untuk segera memperbaiki mesin kapal yang rusak. Akhirnya, sekitar pukul 07.00 WIT, mesin kapal kembali berfungsi, dan mereka melanjutkan perjalanan ke Ternate.
“Namun, tiba-tiba mesin rusak lagi, dan kami hanyut hingga ke Pulau Moti. Baru pada siang hari kapal bisa kembali beroperasi, dan kami tiba di Ternate sore menjelang Magrib,” pungkasnya. (*)