LIPUTAN-MALUT.com
NEWS TICKER

Pengrajin Tikar di Kepsul “Terjepit” Butuh Perhatian Serius Pemerintah Daerah

Senin, 7 Juni 2021 | 1:01 pm
Reporter: Mit
Posted by: LIPUTAN MALUT
Dibaca: 1038
Pengrajin tikar di kepsul (Foto Mit Liputan Malut)

SANANA, Liputan-Malut.com + Pengrajin anyaman tikar tradisional di Desa Ona Kecamtan Sulabesi Barat Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara, sangat membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah Daerah.

Pasalnya, produk tikar yang dibuat oleh pengrajin entah, harus di edarkan kemana. Karena, tidak ada penyedia pasar khususnya untuk produk tikar.

Hal ini, membuat mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan Integratif (KKLI) asal STAI Babussalam Kabupaten Sula, angkatan Ke-VIII. Ikut mempromosikan produk tikar tersebut. Melalui media. .

Ramli Umanailo kepada media ini mengatakan bahwa potensi warga di Desa Ona sangat banyak untuk dikembangkan seperti pembuatan tikar tradisional. Namun belum tidak dapat diperdayakan.

“Untuk potensi Desa Desa Ona Kami lebih tertarik dengan pembuatan tikar tradisional. Dari sekian banyak potensi. Karena potensi tersebut dapat memberdayakan warga untuk memenuhi kebutuhan,”kata Ramli Senin (7/6/2021).

Bahkan Ramli, juga berharap untuk pengembangan potensi para pengrajin tikar terus dikembangkan oleh para ibu-ibu. Kemudian untuk memperdayakan produk pengrajin tikar. Harus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah Desa dan Pemerintah Daerah.

“Kami berharap kegiatan ibu- ibu pengrajin tikar ini, harus di programkan dan di kembangkan melalui pemerintah Desa. Dengan mengupayakan harus membangun mitra dengan instansi terkait, agar produk tikar dari ibu- ibu pengrajin ini bisa di pasarkan,”harapnya.

Sementara Kordinator pengrajin tikar tradisional Desa Ona, Aini menuturkan bahwa kehadiran Mahasiswa KKLI STAI Babussalam Kabupaten Sula. Sangat membantu, sebab mereka berupaya mengembangkan hasil karya para pengrajin tikar. Agar mendapatkan perhatian khusus.

Bahkan Aini juga bilang, pembuatan tikar tradisional ini, merupakan bagian dari mengangkat kearifan lokal di Kabupeten Sula. Sebab prosesi anyaman tikar, merupakan warisan dari leluhur. Jika mahasiswa inggin belajar.

Tentunya ini, sangat membantu untuk kembangkan kembali warisan budaya yang menjadi kearifan lokal di Kabupaten Sula.

“Kami cukup senang ketika ada anak muda seperti Ade-ade mahasiswa yang mau belajar membuat tikar tradisional. Ini sangat penting karena mereka dapat mewarisi dan mengembangkan Ilmu yang kami berikan ketika kembali ke kota nanti,”tuturnya.

Lebih lanjut Aini berharap kepada pemerintah Desa dan pemerintah Daerah untuk dapat mengembangkan potensi para pengrajin tikar. Tentunya harus menyediakan pasar khusus bagi para pengrajin tikar agar produk tikar dapat dipasarkan.

“Harapan saya itu, pemerintah Daerah khusunya Pemerintah Desa. Harus dapat memperhatikan pengrajin tikar seperti kami ini,”tutup Aini. (Mit)

Berita Lainnya