HALUT, Liputan-Malut.com – Beredar sebuah video yang memperlihatkan aksi ujuk rasa yang dilakukan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) di hotel Green Land, Desa Gura Kecamatan Tobelo berakhir ricu, dimana aksi yang digelar, Jumat (31/05/2024) tersebut dibubarkan Bupati Halmahera Utara Frans Manery dengan menggunakan alat tajam berupa sebilah parang.
Vidio yang berdurasi 1 menit 8 detik, tersebut menunjukkan Bupati Halut menggunakan parang sambil mengejar dan membubarkan mahasiswa yang melakukan aksi diduga karena emosi, di video tersebut mahasiswa berteriak “jangan lari, jangan lari”bahkan masa aksi juga sempat mau melempari Bupati tapi dilarang oleh masa aksi lainnya.
Saat kejadian tersebut salah satu masyarakat yang berada di tempat kejadian mengatakan “bukan cuma ngoni pe bupati tapi torang pe bupati juga, ngoni kasana kong bicara bae bae dengan pak bupati, selain itu salah satu masa aksi juga mengatakan jangan mengambil tindakan begitu pak bupati, tara boleh pakai parang, tara bisa bagitu. Bagamaina kami sampai aspirasi tapi pak bupati pakai parang, bahkan di video tersebut selain mengejar mahasiswa, bupati juga menggunakan parang dan memotong sound sistem yang digunakan masa aksi untuk menyuarakan aspirasi mereka.
Ditempat terpisah Frans manery saat di temui Sejumlah wartawan mengatakan, sebelum mengeluarkan parang salawaku miliknya, dirinya sudah menegur masa aksi beberapa kali namun tidak di indahkan oleh masa, karena tidak indahkan membuat bupati naik pitam sehingga mengeluarkan parang dan memotong kabel sound.
“Saat itu mereka (masa aksi) datang ke pantai lalu dengan kondisi ketakutan anak saya telpon kalau orang banyak yang datang, setelah terima telpon, saya langsung menghampiri masa aksi dan meminta mereka agar membubarkan diri tapi tidak di dengar, karena sudah emosi Bupati menuju ke mobil untuk mengambil parang yang sering di pakai untuk acara adat tarian cakalele lalu mengejar masa aksi, hal tersebut dilakukan karena pada saat meladeni masa aksi tidak ada petugas keamanan, sehingga dirinya mengeluarkan parang untuk mengantisipasi jangan sampai masa aksi memukul dirinya,” ujarnya.
“Dalam hal ini saya tegaskan bahwa bahwa apa yang terjadi tadi kapasitas saya bukan sebagai Bupati Halut, tapi sebagai warga masyarakat setempat, karena merasa terganggu makanya saya emosi, kejadian tadi saya tidak menggunakan embel-embel Bupati,” jelas.
Untuk di ketahui aksi protes yang dilakukan oleh GMKI ini menuntut Pemda Halut segera melunasi hak-hak pegawai dari tahun 2023 yang belum terbayarkan, namun Pemda lebih memilih mendatangkan artis dengan bayar mahal padahal anggaran Pemda lagi mengalami Devisit.
“Banyak hutang pegawai seperti, Siltab para kades, TPP pegawai, dan sejumlah utang lainnya tidak dilunasi Pemda namun Pemda mendatangkan artis dengan bayaran mahal.” Ujarnya. (Willy)