HALUT, Liputan-Malut.com – Banjir bandang yang menerjang Desa Rua, Kota Ternate, Maluku Utara, Minggu (25/08/2024) menggoreskan luka mendalam bagi ratusan korban. Baik mereka yang kehilangan harta benda, maupun yang kehilangan sanak saudara dan orang-orang terkasih. Rintihan tangis, jeritan kepedihan mengiringi proses pencarian korban serta pembersihan sisa puing bangunan yang rusak diterjang air dan lumpur. Butuh waktu berhari-hari bagi Tim SAR gabungan dari Pemerintah setempat, relawan, dan berbagai instansi untuk menemukan seluruh korban.
Banjir menerjang Desa Rua, Minggu dini hari sekitar pukul 03.00 WIT. Malam itu hujan deras menerjang Kota Ternate dan sekitarnya. Beberapa hari sebelum kejadian, memang intensitas curah hujan cukup tinggi di daerah Ternate dan Tidore. Hal ini membuat aliran air sungai menjadi deras, dan sayangnya tak terbendung. Kejadian dini hari itu begitu cepat, air menerjang Desa Rua di saat masyarakat tengah tertidur sehingga tidak ada cukup waktu untuk menyelamatkan diri.
Salah satu kisah yang sangat menyentuh datang dari seorang anak berusia 13 tahun bernama Fitrah R. Djais. Hati siapa yang tidak terenyuh mendengar rintihan dan kesaksiannya yang harus ditinggalkan ayah, ibu, adik perempuan serta neneknya sekaligus karena menjadi korban meninggal akibat terjangan Banjir Desa Rua. Sementara kakaknya, Putra Syaman atau akrab disapa Ello menjadi korban selamat, namun harus menjalani perawatan di RSUD Chasan Boesoirie Ternate.
Beruntung bagi Fitrah saat kejadian sedang tidak berada di rumahnya, melainkan mengikuti kegiatan perkemahan bersama regu Pramukanya. Beberapa hari sebelum kejadian, orang tua dan adiknya sempat menjenguknya di area perkemahan. Mungkin tak pernah terlintas di benak Fitrah bahwa saat-saat itu adalah kali terakhir bertemu orang tua dan adiknya.
Menurut kesaksian masyarakat, jasad orang tua, adik dan nenek Fitrah ditemukan di sekitar lokasi kejadian. Mereka sempat terseret arus hingga mendekati daerah pantai dan tertimbun lumpur.
“Kakak Ello selamat, tapi kemarin harus dirawat sementara di rumah sakit. Kakak sempat terseret arus sehingga kaki dan kepalanya harus mengenai benturan. Penglihatan Kakak sekarang terganggu akibat benturan di kepala, tentu sangat berat bagi Fitrah di usia yang sangat belia harus menyaksikan keluarganya mengalami musibah ini,” ungkap Fitrah, Jumat (13/09/2024)
Kisah Fitrah kemudian sampai di telinga Presiden Direktur PT Nusa Halmahera Minerals (NHM), Haji Robert Nitiyudo Wachjo. Pemimpin salah satu tambang emas terbesar di Maluku Utara tersebut menerbangkan Fitrah dan satu korban lainnya bernama Yusrin (23 tahun) untuk bertemu langsung dengannya di Tambang Emas Gosowong. Fitrah dan Yusrin didampingi tim NHM dari Ternate terbang langsung dengan Helikopter menuju Halmahera pada Kamis (29/08). Fitrah mengaku sangat senang dan menjadi pengalaman pertama kali baginya menaiki Helikopter.
Pertemuan penuh haru itu pun terjadi. Haji Robert memeluk erat serta mencium Fitrah dan Yusrin sembari memberikan semangat agar tabah dan kuat menghadapi cobaan ini. Haji Robert memang dikenal sangat memuliakan anak-anak yatim dan yatim piatu. Ia berjanji juga akan memuliakan Fitrah, Yusrin dan keluarganya.
“Terima kasih Pak Haji Robert telah banyak memberikan bantuan untuk Saya. Bahkan saya diterbangkan langsung dengan Helikopter, saya dan kakak saya juga dibelikan Handphone baru. Bahkan masa depan saya dan kakak saya sangat diperhatikan,” ucap Fitrah.
Tak berhenti sampai disitu, Haji Robert juga membangun kedekatan emosional dengan Fitrah. Ia memberikan nomor teleponnya agar jika Fitrah membutuhkan sesuatu, Haji Robert siap pasang badan dan membantu Fitrah. Kedekatan ini memberi harapan baru bagi hidup Fitrah, kini ia seakan mempunyai orang tua baru yang akan sangat menyayanginya. Haji Robert dengan ketulusan hatinya akan terus memantau dan mendampingi perkembangan kehidupan Fitrah dan sang kakak.
“Saya belum tahu ingin bercita-cita sebagai apa. Tapi jika ke depan ada kesempatan, saya ingin menjadi seorang pemain bola. Bapak Haji Robert juga sampaikan akan bantu, saya mau gapai cita-cita itu,” tambah Fitrah.
Kini Fitrah telah kembali ke pangkuan keluarganya dan melanjutkan hidup di Ternate. Ia tinggal bersama kakeknya, Djais Djafar (61 tahun). Kakek Fitrah tak bisa berkata apa-apa lagi selain menyampaikan terima kasih atas segala kebaikan dan perhatian dari Haji Robert.
“Terima kasih NHM, terima kasih Haji Robert so lia tong pe cucu. Semoga kebaikannya dibalas Tuhan yang Maha Kuasa,” ujar Djais dengan mata berkaca-kaca.
Hidup Fitrah memang tak akan sama lagi ketika orang tua, adik dan neneknya masih mendampinginya. Tapi kini, kehidupannya akan terus dalam perhatian Haji Robert dan NHM. Doa senantiasa mengalir deras untuk Fitrah dan keluarga. Juga untuk seluruh korban bencana banjir di Desa Rua, semoga diberi kekuatan dan kemudahan dalam pemulihan. (Willy)