HALUT, Liputan-Malut.com – Sejumlah Guru Honorer di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Tobelo mengeluhkan ancaman Kepala Sekolahnya karena meminta yang bersangkutan agar transparan dalam pengelolaan dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS).
Keluhan ini terjadi lantaran selama ini Kepsek terkesan tertutup dalam pengelolaan dana BOS. Sehingga tidak menutup kemungkinan ada dugaan penyimpangan dana BOS SLB Negeri Tobelo yang memiliki 108 siswa dari 3 jenjang (SD, SMP, dan SMA)
Mewakili belasan Guru Honorer yang mengabdi di SLB N. Tobelo. Kepada wartawan Hasan Hi. Muthalib mengatakan. Ancaman ini di sampaikan oleh Kepsek SLB N. Tobelo Nila Timbulen kepada rekan-rekan kerjanya ketika melakukan rapat dengan Kepsek.
“Kami meminta Transparansi pengelolaan Dana BOS. Namun, Kepsek mengancam kami dengan kalimat Jika tidak Mengikuti kebijakan Saya (Kepala Sekolah) maka silahkan cari sekolah lain”. Ucap Hasan di dampingi belasan guru honorer kepada sejumlah awak media. Minggu (17/05/2020)
Ia menambahkan. Mengutip statement dari Mendikbud Nadiem Anwar Makarim bahwa dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) digunakan untuk meningkatan kesejahteraan guru honorer. Justru berbanding 180 derajat dengan kondisi yang di rasakan oleh guru honorer yang selama ini mengabdi demi mengajarkan anak disabilitas dan anak-anak berkebutuhan khusus.
“Selama ini kami diam saja. Akan tetapi kali ini kami meminta kejelasan dari Kepsek atas sejumlah Item yang tidak terealisasi di dalam Sekolah.” Jelasnya
Disentil mengenai pengelolaan Dana BOS yang di anggap ada dugaan penyelewengan anggaran. Hasan juga membeberkan ada sejumlah Item yang tidak sesuai dengan RAB Realisasinya. Diantaranya 50 persen dana BOS untuk pembayaran gaji honorer hanya terealisasi sekitar 15 persen saja oleh pihak sekolah. Tak hanya itu, pembuatan Afirmasi atau pojok baca dengan anggaran 60 juta tahun anggaran 2019 hanya di realisasikan pembelian 20 unit iPad merek Advan yang harga pasarannya sekitar Rp. 800 ribu per unitnya. Sehingga realisasi dari 60 juta hanya kurang lebih Rp. 16 juta saja. Sementara sisanya Rp. 44 juta entah kemana.
“Pembuatan Afirmasi anggarannya 60 juta. Tetapi hanya di belikan iPad Advan 20 unit. Dan gaji kami sangat tidak sesuai dengan apa yang di sampaikan oleh Mendikbud, Bahkan ada pemotongan.” ucapnya.
Hasan juga menambahkan. Dana tambahan beasiswa sebanyak Rp. 21 juta dari provinsi juga sampai saat ini Ghoib. Bahkan dana Bos pada triwulan II tahun 2019 untuk belanja buku sebesar Rp. 40 juta hingga saat masuk tahun 2020 tida ada buku yang di belanjakan. Sehingga pada penyusunan soal Ujian belum lama ini oleh guru juga sangat sulit karena keterbatasan buku milik sekolah.
“Dalam waktu dekat kami akan menyurat ke dinas Pendidikan Provinsi terkait dengan persoalan ini. Kami merasa di lecehkan dengan ancaman dari kepsek atas sikap kami yang ingin transparansi pengelolaan dana BOS selama ini yanv jumlahnya hampir miliaran,” katanya.
Sementara Kepsek SLB Tobelo, Nilla Timbuleng, ketika dikonfirmasi melalui telpon celular, masalah dugaan pemotongan gaji tersebut enggan menjelaskan malah mengatakan bahwa sekolah tidak membayar gaji guru honor, karenan mereka menerima gaji honor langsung dari instansi teknis Provinsi Malut, yang transfer langsung ke rekening masing-masing guru honor.
“guru honor hanya menerima tunjangan lain yang sudah dibayar sampai bulan juni 2020. Kemudian soal dimarahi, saya sebatas memberikan nasihat dan pembinaan, justru guru honor yang melakukan hal itu terhadap saya,” jelasnya.
Soal aggaran beasiswa Rp. 21.725 ribu, lanjut dikatakan kepsek SLB, sudah dipertanggungjawabkan penggunaannya ke Dinas, yaitu digunakan untuk belanja Alat tulis siswa dan kebutuhan siswa di sekolah serta kebutuhan anak-anak yang tinggal di asrama Sekolah.
“Terus soal dana BOS afirmasi tidak diterima di sekolah. Yang diterima hanya dana BOS kinerja dan itu sudah dibelanjakan sesuai juknis, semuanya infentaris sekolah, ada di sekolah dan sudah dipertanggunjawabkan ke dinas. Untuk dana pojok baca tidak ada. Itu bantuan tahun 2018 sebelum saya kepala Sekolah di sini,” ujarnya. (Willy Parton)